
Persija Jakarta kayak kehilangan taji di pengujung BRI Liga 1 2024/2025. Tim yang digadang-gadang bakal bersaing di papan atas, malah loyo, susah banget nambah poin, apalagi menang.
Bukan cuma satu-dua laga. Ini udah masuk tren buruk. Persija kayak mobil mewah kehabisan bensin — keren doang, tapi gak jalan!
Baca Juga: Derbi Jatim Panas: Paul Munster Tegaskan Persebaya Harus Bungkam Arema
Performa Anjlok, Bukan Sekadar Faktor Teknis
Kalau cuma ngomong soal faktor teknis, gak masuk akal bro. Materi pemain mereka kelas atas. Dari lini belakang sampe lini depan, nama-namanya mentereng semua.
Artinya, ada sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang gak kelihatan di lapangan.
Banyak yang mulai bisik-bisik: apakah ada masalah internal di ruang ganti?
Kabar burungnya, hubungan antar pemain mulai renggang. Katanya ada ketidakpuasan soal rotasi pemain, keputusan pelatih yang dianggap “gak konsisten”, sampai urusan bonus yang telat cair.
Kalau udah begini, jangankan main bagus, buat kompak aja susah.
Pelatih Kena Tekanan, Pemain Kehilangan Fokus
Carlos Pena, pelatih Persija, juga lagi di bawah sorotan. Banyak yang bilang gaya main dia terlalu monoton dan gampang ditebak lawan.
Ditambah tekanan dari manajemen dan Jakmania yang gak sabaran, suasana makin panas.
Di dalam lapangan, kelihatan banget pemain Persija kayak kehilangan arah. Mau nyerang setengah hati, bertahan setengah mati. Koneksi antar lini putus, kreatifitas nyaris nol.
Pertanyaan Besar: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Pertanyaannya sekarang: siapa yang harus disalahkan?
Pelatih? Pemain? Manajemen?
Jawabannya simpel: semua pihak punya andil.
Baca Juga: BRI Liga 1: Persija Dipermalukan Semen Padang, Skor Telak 0-2!
Kalau mau jujur, Persija butuh evaluasi besar-besaran. Gak cukup cuma ganti pelatih atau beli pemain baru. Harus beresin akar masalahnya dulu: komunikasi internal, profesionalisme, dan budaya tim yang sehat.
Kalau enggak? Ya siap-siap aja, musim depan bakal lebih parah.
Catatan Akhir: Liga Belum Tamat, Tapi Alarm Bahaya Udah Bunyi
Musim belum resmi kelar, tapi buat Persija, ini udah kayak wake-up call.
Kalau masalah internal dibiarkan berlarut-larut, jangan heran musim depan bukan cuma gagal juara — bisa-bisa malah berjuang menghindari degradasi.
Terlalu keras? Realita bro.
Sepak bola itu kejam. Apalagi di Jakarta.
Leave a Reply